George C. Homans. Exchange Theory

Teori-teori pertukaran (exchange theory) sosial itu dilandaskan pada prinsip transaksi hemat yang elementer: orang menyediakan barang atau jasa dan sebagai imbalannya berharap memperoleh barang atau jasa yang diinginkan. Ahli teori pertukaran mempunyai perkiraan sederhana bahwa interaksi sosial itu menyerupai dengan transaksi ekonomi. Akan tetapi mereka mengakui bahwa pertukaran sosial tidak selalu sanggup diukur dengan nilai uang, alasannya yakni dalam aneka macam transaksi sosial dipertukarkan juga hal-hal yang konkret dan tidak nyata. Dalam sebuah pabrik, contohnya seorang pekerja berinteraksi dengan pembantunya sanggup menjalin kolaborasi yang intim dengan impian memperoleh ganjaran konkret berupa sejumlah besar bonus tahun baru. Tetapi ganjaran dari persahabatan dan godwill yang tidak konkret juga sanggup melahirkan sikap yang sama, bahkan di saat-saat dunia perjuangan mengalami masa sulit di mana bonus demikian itu merupakan hal yang mustahil. Model timbal balik tetap ada sejauh orang memberi dan berharap memperoleh imbalan barang atau jasa itu.

Walaupun dasar-dasar teori pertukaran bisa ditemukan dalam karya-karya ahli-ahli sosiologi fungsionalis, akan tetapi perkembangan yang utuh dari teori sosiologis wacana pertukaran sosial pertama kali harus diakui berada ditangan George C. Homans*, sedang penyempurnaan selanjutnya dilakukan oleh Peter M. Blau*. Homans* ingin memperbaiki apa yang dianggapnya merupakan kekurangan teori fungsional. Salah satu kritik terhadap fungsionalisme, ialah diabaikannya studi wacana individu. Fokus pandangan fungsionalisme bertumpu pada organisasi atau struktur serta tujuan atau fungsi dari sistem yang besar atau kecil. Individu hanya dianggap sebagai orang yang menempati status atau posisi dan sebagai pelaksana peranan yang digariskan oleh status atau posisi tersebut. Tekanan pada struktur berasal dari tradisi Durkheimian, yang mencoba menyampaikan perlunya melihat sosiologi sebagai disiplin yang terpisah dari psikologi. Dengan demikian fungsionalisme struktural yakni sejenis sosiologi murni, yang berbeda dari adonan sosiologi dan psikologi yang merupakan cuilan penting dalam perkembangan sosiologi Amerika selama tahun 1920-an dan 1930-an. Ketika pendulum bergeser dari psikologi sosial, maka ia hingga pada sudut ekstrim yang meremehkan pentingnya individu sebagai pelaku dalam masyarakat. Teori pertukaran merupakan suatu perjuangan untuk menggerakkan pendulum teori dari paham sosiologi ekstrim ke arah suatu penilaian ulang wacana peranan individu dalam sistem sosial.

Yang ditekankan Homans* ialah kebutuhan membawa kembali individu tersebut ke dalam analisa sosiologis. Mengawali kariernya sebagai seorang penganut fungsionalisme struktural, Homans tetapkan hubungannya dengan perspektif tersebut pada tahun 1950-an. Sebelum menilai aneka macam sumbangannya pada teori pertukaran perilaku, secara singkat kita akan mengkaji fungsionalisme Homans* serta kritiknya terhadap pendekatan tersebut.

The Human Group: Sumbangan Homans Pada Teori Fungsional
Sebagaimana diketahui Homans memulai karier dalam tradisi fungsionalisme struktural, suatu pendekatan yang telah memperoleh dominasi teoretis selama tahun 1940-an. Karya Homans* yaitu The Human Group berkisar pada konsep sistem yang abnormal sebagaimana ditunjukkan oleh studi konkrit wacana kelompok-kelompok dengan titik berat pada komposisi struktural serta operasi kelompok-kelompok demikian. Sebagai karya tersebut telah memperoleh legalisasi sangat luas sebagai suatu risalah fungsionalis terkemuka. Mengenai hal ini, Robert K. Merton* menulis "Sejak analisa pertama Simmel, selama hampir setengah periode yang lalu, belum ada satu pun karya yang begitu banyak memberi sumbangan pada teori sosiologis mengenai struktur, proses, dan fungsi kelompok kecil, menyerupai karya George C. Homans* dalam The Human Group". Walau memperoleh penghormatan dan kebanggaan demikian, akan tetapi Homans tetapkan hubungannya dengan tradisi kaum fungsionalis oleh lantaran kegagalan pendekatan tersebut dalam menjelaskan fenomena sosial.

Analisa fungsional Homans* wacana kelompok lebih ditujukan kepada kelompok primer daripada organisasi atau kelompok sekunder yang lebih besar. Homans memberi batasan kelompok sebagai "sejumlah orang yang berkomunikasi satu sama lain dalam frekuensi tinggi dalam jangka waktu tertentu, dan hanya terdiri dari beberapa orang saja sehingga masing-masing bisa berkomunikasi dengan semua orang lain tanpa lewat seseorang, melainkan melalui komunikasi tatap muka". Batasan ini berasal dari konsep jago sosiologi klasik, Charles H. Cooley*, wacana "primary group", yang menggambarkan satu dimensi dengan organisasi struktural. Studi yang sudah ada atas aneka macam kelompok sesuai dengan batasan ini, dan untuk menyebarkan teori sosiologis wacana kelompok kecil, Homans* memakai lima studi yang serupa.

Dalam The Human Group secara eksplisit Homans* menguraikan metode pembentukan teori ilmiahnya. Pertama diketengahkan suatu perspektif fungsional di mana Homans melihat kelompok sebagai keseluruhan organis yang terdiri dari aneka macam cuilan yang saling berkaitan. Keseluruhan cuilan atau sistem sosial tersebut, berada dalam sistem lingkungan yang lebih luas. Kedua, teori harus abnormal dan terlepas dari contoh-contoh konkrit individual. Dalam pembentukan teori yang demikian, beberapa fakta konkrit terpaksa harus dibuang dalam perjuangan untuk menyebarkan satu teori yang sanggup digeneralisir melampaui fenomena tunggal yang diteliti. Ketiga, teori diperoleh secara induktif, yaitu, fakta-fakta yang khusus (di sini data yang berasal dari lima kelompok kecil) digunakan untuk membentuk suatu teori yang lebih umum dan sanggup diterapkan pada seluruh kelompok. Metode induktif ini dibedakan dari deduksi (yang kemudian digunakan Homans* dalam teori pertukaran perilaku), di mana secara logis jago teori menyebarkan teori umum, mengetengahkan proposisi-proposisi yang tetap bisa diuji lewat pengamatan empiris. Dengan demikian Homans mulai dengan fakta-fakta empiris yang khusus dan dengan fakta itu menyebarkan suatu teori yang lebih umum wacana kelompok.

Akan tetapi dalam analisa induktif demikian suatu perbendaharaan konseptual harus disetujui. Konsep yakni dasar dari proposisi-proposisi, sedang proposisi-proposisi merupakan materi untuk membentuk teori. Dalam hal pembentukan teori, Homans* menyempurnakan sketsa konseptual yang membatasi konsep-konsep kuncinya. Kemudian perbendaharaan yang telah tepat digunakan untuk menganalisa masing-masing studi sehingga diperoleh proposisi-proposisi dari studi empiris yang terpilih.

Secara ringkas akan diketengahkan penggunaan Homans akan satu studinya, yaitu seksi listrik sebuah Bank, sebagai ilustrasi analisa fungsionalnya. Dalam studi ini, untuk satu tahap proyek penelitian, dipilih empat belas orang pekerja dari Western Electric Company yang lebih besar. Berbagai kebiasaan kerja serta pola persahabatan para pekerja itu secara cermat diamati dan dimasukan dalam analisa penelitian. Homans* menimbang kembali data yang diketengahkan dalam laporan penelitian ini dengan memperhatikan konfigurasi struktural yang sanggup diterapkan pada kelompok lain, di samping kelompok seksi listrik bank itu.

Analisa yang didasarkan pada data kelompok itu, melahirkan citra wacana apa yang disebut Homans* sebagai sistem internal dan eksternal. Sistem internal ialah kelompok yang terdiri dari seluruh anggota, yaitu keempat belas anggota dari seksi listrik Bank tersebut. Sistem eksternal ialah lay out ruangan di mana kelompok itu bekerja. Dengan demikian sistem internal yakni kelompok sebagai keseluruhan, sedangkan sistem eksternal terdiri dari pemisahan sistem internal (yang sedang berada dalam pengamatan cermat) dari lingkungan yang lebih besar. Perilaku setiap individu dalam sistem internal dibimbing oleh norma-norma, yaitu ide-ide "yang sanggup dibentuk dalam bentuk pernyataan" yang memperinci apa yang seharusnya dilakukan, seyogyanya dilakukan, dibutuhkan dilakukan oleh anggota atau orang lain dalam suatu lingkungan tertentu". Kepatuhan terhadap norma-norma kelompok akan memperoleh ganjaran sedang pengingkaran akan memperoleh hukuman.

Hasil analisa dari seksi listrik tersebut dimaksudkan untuk pengembangan beberapa hipotesa klarifikasi terperinci serta deretan kelompok dengan orientasi struktural. Hipotesa yang sudah diperoleh itu ditinjau kembali serta disempurnakan dengan melihat pada hasil laporan dua studi kelompok kecil lain yang dipilih untuk dimasukan dalam buku The Human Group. Dalam perjuangan untuk memperoleh kesatuan teori wacana struktur serta fungsi kelompok, hipotesa tersebut harus cukup umum untuk semua kelompok dan harus saling berkaitan.

Bagi Homans semua masyarakat terang terorganisir ke dalam sistem, menurut sistem sosial yang terkecil yaitu kelompok. Meneliti kelompok-kelompok kecil, sebagaimana yang dilakukan Homans, akan menjurus pada suatu pemahaman kelompok yang lebih besar dan peradaban (civilization). Bagi Homans* hukum-hukum perkembangan, struktur serta fungsi peradaban identik dengan hukum-hukum yang berjalan dalam kelompok yang lebih kecil. Keuntungan mempelajari kelompok-kelompok yang lebih kecil, menyerupai dalam The Human Group itu, ialah bahwa kelompok-kelompok tersebut sanggup lebih gampang diteliti daripada kelompok yang lebih besar atau peradaban sebagai keseluruhan.

Walaupun mengakui pemberian analisa fungsional, Homans kemudian mengkritik pendekatan itu, termasuk kegagalannya "dalam menjelaskan aneka macam hal". Apa yang dicoba oleh fungsionalisme ialah mengklasifikasikan penelitian empiris (melalui pengembangan konsep-konsep yang tepat) dan menyebarkan proporsisi-proporsisi yang menguraikan konsep-konsep yang telah diklasifikasikan itu. Homans* menyatakan bahwa fungsionalisme menyediakan "beberapa tingkat organisasi intelektual" tetapi teori tersebut harus melampaui usaha-usaha terbatas demikian itu. Sebagaimana dinyatakannya "setiap ilmu harus melaksanakan dua kewajiban, yaitu menemukan dan menjelaskan. Dengan yang pertama kita menilai apakah itu benar-benar merupakan suatu ilmu, sedang dengan yang kedua, kita harus mengetahui sejauh mana ia berhasil sebagai suatu ilmu". Dengan demikian fungsionalisme struktural merupakan perjuangan untuk menemukan dan menguraikan, tetapi gagal untuk menjelaskan. Di tahun 1950-an Homans menyempurnakan teorinya dengan tambahan-tambahan yang diharapkannya merupakan klarifikasi struktur sosial melalui prinsip pertukaran sosial.

Teori Pertukaran: Perkembangan dari Durkheim ke Reduksionisme Psikologis
Setelah berpisah dengan fungsionalisme struktural Homan mulai menegaskan arti penting psikologi bagi klarifikasi fenomena sosial. Dalam melaksanakan hal itu ia  menantang karya sarjana sosiologi klasik, yaitu Emile Durkheim*. Durkheim banyak menghabiskan karier akademisnya untuk menandakan bahwa sosiologi yakni disiplin yang bebas. Faktor-faktor sosiologis (atau variabel-variabelnya) tidak bisa dijelaskan oleh psikologi, lantaran itu sosiologi tak sanggup diredusir pada sub-lapangan psikologi. Sampai kini "perlawanan Durkheim" terhadap reduksionisme psikologi ini masih tetap hidup, tetapi Homans* mulai menyangkal norma itu dengan menyatakan bahwa semua penjelasan-penjelasan sikap sosial menyangkut problem psikologis.

Akan tetapi ternyata Homans memulai teorinya dengan ilmu ekonomi, bukan dengan psikologi. Teori pertukaran Homans* itu bertumpu pada perkiraan bahwa orang terlibat dalam sikap untuk memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman. Pertukaran sikap untuk memperoleh ganjaran yakni prinsip dasar dalam transaksi ekonomi sederhana. Seseorang sanggup mempertukarkan pelayanannya untuk memperoleh upah mingguan. Dengan uang ini ia mungkin membeli kebutuhan dapur, membayar sewa rumah atau iuran olahraga. Setiap pengeluaran itu sanggup dianggap sebagai pola pertukaran ekonomis. Homans* melihat semua sikap sosial, tidak hanya sikap ekonomis, sebagai hasil dari pertukaran yang demikian. Misalnya, pekerjaan tak hanya menyediakan ganjaran ekstrinsik berupa upah tetapi juga menyediakan ganjaran intrinsik berupa persahabatan, kepuasan dan mempertinggi harga diri. Ia juga memungkinkan pekerja itu terhindar dari pandangan negatif lantaran menganggur. Homans menganggap bahwa orang yang bertindak dengan cara demikian yakni untuk memperkecil biaya (hukuman) dan memperbesar laba (ganjaran dikurangi biaya).

Ilmu ekonomi sanggup menggambarkan hubungan-hubungan pertukaran dan sosiologi sanggup menggambarkan struktur-struktur sosial di mana pertukaran itu terjadi, tetapi yang memegang kunci klarifikasi yakni psikologi. Teori khusus dalam psikologi yang dianggap Homans* cocok untuk menjelaskan struktur sosial ialah salah satu dari psikologi perilaku, khususnya perumusan dari B.F Skinner*. Homans menulis "Proposisi teoritis Skinner* terdiri dari sejumlah proposisi, dan bukan hanya kategori-kategori. Proposisi-proposisi itu biasanya merupakan pernyataan-pernyataan kausal, bukan pernyataan teleologis. Mereka berada dijenjang yang tinggi, apa pun yang mungkin terjadi, dimasa mendatang mereka tidak sanggup pribadi diperoleh dari proposisi-proposisi yang lebih umum. Mereka beruanglingkup luas, sanggup digunakan menjelaskan aneka macam inovasi lain daripada yang saya tekuni itu... tentu saja psikologi sikap tidak sanggup menjelaskan semua hal, tetapi saya sangat yakin bahwa kegagalannya itu sanggup diterangkan oleh kekurangan data atau oleh kesulitan-kesulitan dalam menjajaki rantai kekerabatan kausal yang penuh dengan liku-liku daripada oleh setiap kelemahan penerapan yang inheren dalam proposisinya. Sosiologi, berbeda dengan pendapat Durkheim*, merupakan hasil yang masuk akal dari psikologi". Homans* sangat percaya bahwa psikologi sikap bisa memenuhi prasyarat setiap teori ilmiah, yaitu sanggup menjelaskan.

Behaviorisme Skinner* itu tentu saja hanya merupakan salah satu cabang dari psikologi. Aliran ini menyatakan bahwa pemahaman sikap hewan akan melahirkan pemahaman sikap manusia. Penganut aliran sikap tidak bahagia dengan konsep-konsep mentalitas alasannya yakni tidak mungkin ia secara pribadi sanggup mengamati pemikiran manusia. Seperti halnya hewan yang mencari ganjaran-ganjaran positif dan menghindari hukuman, insan pun mencoba memperbesar laba dan memperkecil biaya. Bagi Homans* sebagai spesialis teori pertukaran, bukan hanya status dan peranan yang berasal dari fungsionalisme yang menyediakan mata rantai antara individu dan struktur sosialnya, oleh lantaran struktur dan lembaga-lembaga demikian itu terdiri dari individu-individu yang terlibat dalam proses pertukaran barang berwujud materi maupun non-materi.

Homans percaya bahwa proses pertukaran ini sanggup dijelaskan lewat lima pernyataan proposional yang saling bekerjasama dan berasal dari psikologi Skinnerian. Proposisi itu yakni proposisi sukses, stimulus, nilai, (deprivasi-satiasi) dan restu-agresi (approval-agresion). Melalui proposisi itu banyak sikap sosial yang sanggup dijelaskan. Setiap proposisi tersebut perlu sedikit klarifikasi :

Proposisi sukses
Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh ganjaran, maka kian kerap ia akan melaksanakan tindakan itu.

Dalam proposisi ini Homans* menyatakan bahwa bilamana seseorang berhasil memperoleh ganjaran (atau menghindari hukuman) maka ia akan cenderung untuk mengulangi tindakan tersebut. Ahli psikologi B.F Skinner* menemukan prinsip ini dalam studi sikap burung merpati yang diberi jagung ketika mematuk objek tertentu.

Proposisi Stimulus
Jika dimasa kemudian terjadinya stimulus yang khusus, atau seperangkat stimuli, merupakan insiden di mana tindakan seseorang memperoleh ganjaran, maka semakin menyerupai stimuli yang ada kini ini dengan yang kemudian itu, akan semakin mungkin seseorang melaksanakan tindakan serupa atau yang agak sama.

Apa yang diketengahkan oleh proposisi stimulus itu ialah objek atau tindakan yang memperoleh ganjaran yang diinginkan. Sebagai ilustrasi seorang mahasiswa yang menginginkan nilai baik. Mahasiswa tersebut sadar ia harus tetap mengikuti kuliah, dan mahasiswa tersebut juga mengetahui pula bahwa manfaat berguru sendiri beberapa hari sebelum mengikuti ujian. Dimasa kemudian ia memperoleh ganjaran berupa nilai baik dengan cara berguru demikian.

Proposisi Nilai
Semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka kian bahagia seseorang melaksanakan tindakan itu.

Proposisi ini khusus bekerjasama dengan ganjaran atau eksekusi yang merupakan hasil tindakan. Proposisi sukses menyatakan bahwa sang mahasiswa akan berguru semoga memperoleh nilai baik. Proposisi stimulus menyatakan bahwa cara berguru tertentu lebih mungkin melahirkan sukses daripada cara lain. Apa yang diketengahkan proposisi nilai ialah tingkat di mana orang menginginkan ganjaran yang diberikan oleh stimulus. Marilah kita menganggap bahwa mahasiswa itu mempunyai kesempatan untuk melihat pertunjukan konser favorit dan di dikala yang sama ia harus mengesampingkan pelajarannya. Kemudian anggaplah juga bahwa jadwalnya sedemikian rupa sehingga pada dikala itu ia tidak berguru sama sekali, sedang waktu lain yang bisa untuk berguru tidak ada. Dengan demikian problem sudah menyangkut satu nilai: Manakah yang lebih penting bagi mahasiswa itu, nilai ujian atau kenikmatan menyaksikan konser? Proposisi Homans* menganggap bahwa sang mahasiswa akan melaksanakan tindakan yang menghasilkan ganjaran yang diinginkannya.

Proposisi Deprivasi-Satiasi
Semakin sering dimasa yang gres berlalu seseorang mendapatkan suatu ganjaran tertentu, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut peningkatan setiap unit ganjaran itu.

Proposisi deprivasi-satiation selanjutnya menyempurnakan kondisi-kondisi di mana penampilan suatu tindakan tertentu mungkin terjadi. Bilamana kita melanjutkan pola yang disediakan oleh proposisi nilai, maka akan tampak bahwa hal itu masih merupakan masalah. Proposisi nilai tidak memerinci mengapa sang mahasiswa mungkin menganggap menghadiri konser lebih disukai daripada mendapatkan nilai baik dalam ujian. Apa yang dinyatakan Homans sebagai kunci klarifikasi ialah kejenuhan dengan ganjaran tertentu.

Proposisi Restu-Agresi (Approval-Agression)
Bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran yang diharapkan, atau mendapatkan eksekusi yang tidak diinginkan, maka ia akan marah, ia menjadi sangat cenderung menyampaikan sikap agresif, dan hasil sikap demikian menjadi lebih bernilai baginya... Bilamana tindakan seseorang memperoleh ganjaran yang diharapkannya, khusus ganjaran yang lebih besar dari yang dikirakan, atau tidak memperoleh eksekusi yang diharapkannya, maka ia akan merasa senang, ia akan lebih mungkin melaksanakan sikap yang disenanginya, dan hasil dari sikap yang demikian akan menjadi lebih bernilai baginya.

Dalam proposisi berlapis dua ini Homans* berbicara wacana sikap emosional manusia. Seseorang akan murka bilamana yang diharapkannya ternyata meleset. Anggaplah bahwa sang mahasiswa tetapkan untuk menghadiri konser, bukannya berguru tetapi pergi ke gedung pertunjukan dan di sana ternyata semua tiket sudah terjual. Jelas Bahwa mahasiswa itu ditolak oleh ganjaran yang diinginkannya dari menghadiri konser itu. Ia mungkin sekali merasa dikecewakan dan mengeluarkan rasa putus asa ini pada petugas loket. Untuk menyampaikan cuilan kedua dari proposisi itu ilustrasi ini sanggup dilanjutkan selangkah lagi. Mungkin sang mahasiswa tidak benar-benar berharap memperoleh tiket sebagai hasil dari kemarahannya, kemarahan tersebut tidak lebih sebagai ledakan emosi saja. Akan tetapi entah bagaimana, manajer gedung konser kebetulan lewat dan mendengar sikap permusuhan dari si mahasiswa. Untuk menenangkan keadaan, manajer mengatur semoga mahasiswa itu diberi kawasan cadangan di barisan khusus untuk pengunjung terhormat. Jelas bahwa sang mahasiswa akan merasa bahagia sekali. Karena semua berjalan mulus, ia merasa bahwa ledakan kemarahannya itu sanggup membawa hasil positif dan mungkin sekali dimasa mendatang ia tidak akan ragu lagi mengeluarkan emosi yang demikian dalam situasi kekecewaan yang sama.

Homans menekankan bahwa proposisi itu saling berkaitan dan harus diperlakukan sebagai satu perangkat. Masing-masing proposisi hanya menyediakan sebagian penjelasan. Untuk menjelaskan seluruh perilaku, kelima proposisi, sukses, stimulus, nilai, deprivasi-satiasi, dan approval-aggresssion-harus dipertimbangkan. Walaupun proposisi itu sanggup terang dilihat, Homans menegaskan bahwa dalam membangun teori sosiologis kita seharusnya tidak mengabaikan kejelasan itu. Yang penting bagi Homans* proposisi-proposisi itu dinyatakan dalam suatu teori pertukaran dan digunakan dalam penelitian empiris. Dengan melihat proposisi sebagai unit, Homans percaya para jago sosiologi berkemungkinan menjelaskan apa yang disebut kaum fungsionalis struktural sebagai struktur sosial.

Dalam analisa final, Homans menyatakan bahwa masyarakat dan lembaga-lembaga sosial itu benar-benar ada disebabkan oleh pertukaran sosial, dan ini akan dianalisa dengan kelima proposisi tersebut. Kita sanggup menyampaikan bahwa pemerintah memperoleh kekuasaannya dalam pertukaran untuk menjamin kesejahteraan individu, sistem pendidikan lengkap dengan kedudukan para guru dan staf pengajar, mempertukarkan pelayanannya untuk memperoleh uang sekolah yang ditransfer melalui gaji. Walaupun semua ganjaran yang digunakan sebagai pola berwujud materi, Homans* mengakui bahwa ganjaran itu sanggup berwujud materi dan non materi. Seseorang bisa saja menentukan karier sebagai pengajar bukan semata-mata untuk mencari nafkah tetapi demi ganjaran intrinsik dengan bekerja untuk kaum muda dan kepuasan yang diperoleh dari kiprah demikian. Bagi Homans sikap sosial yang paling institusional dan non-institusional dengan demikian sanggup dijelaskan melalui penerapan dan penyempurnaan kelima proposisi elementer itu.

Teori Pertukaran dan Isu Kekuasaan
Dalam pola pertukaran sosial yang sederhana kita sanggup menganggap bahwa hubungan-hubungan mesti bersifat simetris. Misalnya, seseorang berbelanja, maka barang yang dibeli dan jumlah uang yang dibayarkan dianggap bernilai sama. Hubungan-hubungan sosial lain juga sering bersifat simetris, contohnya dalam pertukaran tanda mata, dalam pola-pola persahabatan, dan lain-lain.

Akan tetapi dalam dunia konkret kekerabatan tersebut terang tidak semua bersifat simetris. Para jago sosiologi sangat menyadari sistem stratifikasi menurut kekuasaan dan wewenang. Homans* menjelaskan asal mula kekuasaan dan wewenang dalam kaitannya dengan prinsip kepentingan minimum (principle of least interest): orang mempunyai kepentingan yang paling sedikit untuk kelangsungan situasi sosial yakni yang paling bisa menentukan kondisi-kondisi asosiasi. Prinsip ini menghasilkan kekuasaan ditangan salah satu pihak yang berpartisipasi, "sebab dalam pertukaran seseorang mempunyai kapasitas yang lebih besar untuk memberi orang lain ganjaran ketimbang yang bisa diberikan orang itu kepadanya". Hubungan pacaran sanggup digunakan sebagai ilustrasi prinsip kepentingan minimum ini. Sebagaimana telah dinyatakan oleh para jago sosiologi, bahwa dalam berpacaran yang lebih banyak berbicara wacana ketentuan yang mengatur kekerabatan tersebut yakni mereka yang kurang peduli akan kelangsungan kekerabatan tersebut. Gadis berwajah sederhana, yang pacaran dengan seorang bintang sepak bola akan begitu tunduk dan patuh, akan tetapi bagi seorang ratu kecantikan kampus mungkin akan merasa muak. Bintang sepak bola itu sanggup sangat berkuasa dalam kekerabatan tersebut, menentukan frekuensi kencan dan hakikat kegiatan bersama mereka, dan bahkan ia mulai menentukan apa yang harus dilakukan gadis itu dengan waktu pribadinya. Di sini bintang sepakbola tersebut sudah memperoleh posisi kekuasaan sedang ketenarannya menghasilkan prestise bagi seseorang yang merupakan teman kencannya. Hubungan-hubungan asimetris yang demikian terang merupakan cuilan dari asosiasi tatap-muka.

Dalam organisasi formal kekerabatan asimetris sanggup dilestarikan melalui kekuasaan yang memaksa. Kekuasaan memaksa merupakan pertukaran yang tidak seimbang, dan situasi yang demikian juga diatur oleh proporsisi pertukaran menyerupai halnya dalam hubungan-hubungan yang bersifat tidak memaksa. Homans* menyatakan bahwa paksaan tidak dibutuhkan jikalau kekerabatan itu menurut pertukaran yang fair. Akan tetapi, sekalipun kekuasaan bersifat memaksa pertukaran itu akan terlihat juga. Perbudakan di AS sanggup dilihat sebagai kekuasaan memaksa yang dilakukan tuan terhadap budaknya, tetapi di sana pertukaran yang tidak seimbang gampang terlihat. Dalam pertukaran itu, makanan, pakaian, perumahan disediakan untuk memperoleh pelayanan, tetapi pertukaran yang demikian tidak seimbang dengan pelayanan yang diberikan.


Homans percaya bahwa dalam kekerabatan antar insan terdapat kecenderungan ke arah penyamaan kekuasaan, menciptakan paksaan itu menjadi suatu pengecualian daripada aturan. Dalam masyarakat dalam hal ini sanggup ditunjukkan oleh sistem stratifikasi yang menciptakan penjenjangan anggota-anggota kelompok menurut pendapatan dan pekerjaan. Seseorang yang berstatus lebih tinggi akan lebih banyak menyediakan barang-barang yang langka dalam hubungannya dengan permintaan, tetapi ia juga akan mendapatkan lebih banyak barang yang tersedia. Sering kali diferensiasi status dalam kelompok disetujui oleh anggota-anggota kelompok yang menyadari bahwa beberapa orang mempunyai lebih banyak sumber-sumber langka yang dibutuhkan oleh kelompok. Dalam mempertukarkan sumber langka yang demikian itu si pemberi dianggap memperoleh status yang lebih tinggi oleh para anggota kelompok yang lain.

Kita sanggup mengemukakan ilustrasi sederhana menurut aturan seruan dan penawaran ekonomi wacana aturan status ini. Para penyanyi rock memperoleh pendapatan yang lebih tinggi sebagai imbalan penampilan mereka di dalam konser dan pembuatan rekaman. Menurut aturan dari Homans* itu, mereka memperoleh status tinggi alasannya yakni menyediakan komoditi yang langka (yaitu hiburan dan mungkin juga fungsi laten lainnya). Bintang rock itu memperoleh uang yang berlimpah-ruah dari masyarakat, sedangkan kaum muda yang menyaksikan konser tersebut memperoleh hiburan yang hanya sanggup disediakan secara efektif oleh sejumlah kecil kelompok-kelompok pemusik yang istimewa.

Berbagai kekerabatan serta penjenjangan dalam masyarakat luas harus sesuai dengan apa yang disebut Homans sebagai distribusi keadilan. ketika sedang berinteraksi orang mengharapkan ganjaran mereka harus seimbang dengan biayanya. Bilamana ganjaran-ganjaran tersebut kelak tidak sesuai lagi dengan distribusi keadilan itu, maka kita akan berada dalam situasi ketidakadilan atau ketimpangan dalam distribusi ganjaran. Homans* mengingatkan bahwa kita harus menyadari kepuasan atas suatu transaksi yakni relatif, yaitu kita sanggup berbicara wacana deprivasi atau laba relatif. Apakah transaksi itu dilihat sebagai adil atau memuaskan tergantung atas kelompok pembanding seseorang.

Banyak dari apa yang dibahas Homans dalam karyanya menurut atas studi-studi interaksi tatap-muka, interaksi yang sanggup dinamai subinstitusional. Perilaku yang demikian tidak sanggup diformalisir, tetapi Homans percaya bahwa hal ini merupakan sumber dari mana lembaga-lembaga kemasyarakatan tercipta. Homans tidak banyak melaksanakan usaha-usaha teoretis untuk menyebarkan teori makro sosiologi, yang bekerjasama dengan analisa forum sosial. Sebagaimana dalam "The Human Group", Homans* kembali menyatakan bahwa pemahaman proses-proses tingkat mikro dalam kelompok kecil akan menciptakan para jago sosiologi lebih bisa memahami organisasi berskala besar atau bahkan peradaban. Bagi Homans yang terakhir ini hanya lah merupakan ekspansi dari prinsip-prinsip yang ditemukan dalam analisa sikap sosial yang elementer.

   
Download di Sini


Sumber
Poloma, Margaret M. 1979. Sosiologi Kontemporer. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.


Baca Juga
1. George C. Homans. Biografi
2. George Caspar Homans. Sekilas Pemikiran
3. Paradigma Sosiologi. Perilaku Sosial

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel