Pemikiran Karl Marx (1818-1883)

[Keterkaitan Konsep Multi Paradigma Teori-Teori Sosiologis Karl Marx]
Guna menguraikan perdebatan seputar mikro-makro dan subjektif-objektif dari teori konflik Karl Marx, akan diuraikan beberapa perdebatan seputar perkembangan teoritis aliran Karl Marx. Di mana pendapat wacana adanya perkembangan dalam aliran Karl Marx, yakni duduk kasus utama mengenai korelasi antara Marx Muda dan yang telah “matang”, berdasarkan Peter Beilharz (“Teori-Teori Sosial;Observasi Kritis Terhadap Para Filosof Terkemuka”, 2002, hal 270) yaitu lantaran utama terjadinya masa reinaisance dalam diskusi mengenai Marx sendiri. Hal ini berdasarkan Franz Magnis (“Pemikiran Karl Marx; dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme”, 1999, hal 64-65) dimulai semenjak Ryazanov, kepala institut Marx Engels (Marx-Engels Gesamtausgabe (MEGA) Moskow, pada tahun 1928 untuk pertama kalinya menerbitkan goresan pena kunci Marx Muda. Di mana beberapa tahun sebelumnya G. Lukacs* dalam karyanya Histori and Class-Conciousness telah membuka kembali dimensi kritis aliran Karl Marx. Demikian Franz Magnis (1999:64-65) menyebutkan bahwa melalui tulisan-tulisan itu keprihatinan Marx yang orisinil ditemukan kembali, bahwa pemulihan insan sebagai makhluk yang sosial dan natural, emansipasinya dari kekuatan anonim yang menjadikannya komoditi, kritik terhadap segala ideologi yang menyembunyikan dan sekaligus melegitimasikan struktur-struktur kekuasaan yang eksploitatif. Dari seorang determinis dan ekonomis, Marx muncul sebagai seorang humanis.

Pendapat Franz Magnis tersebut sejalan dengan pendapat sebagian hebat yang menganggap bahwa aliran Marx mengalami perkembangan dalam fase-fase tertentu, dengan kata lain, Marx membutuhkan beberapa tahun untuk mencapai pengertiannya yang khas. Lain halnya dengan pendapat Louis Althusser* (Kees Bertens,”Filsafat Barat Kontemporer;Prancis, 2001, hal 234) yang memandang adanya “perpecahan epistemologis” (epistimological break) dalam perkembangan teoritik gagasan-gagasan Marx.

Althusser* membagi karya-karya Marx dalam dua periode yang berbeda yakni, idealisme dan humanisme yang pada mulanya mewarnai Manuskrip Paris, alhasil digantikan dengan kepentingan-kepentingan ilmiah yang benar-benar gres untuk menemukan hukum-hukum objektif mode atau cara produksi kapitalis (CPK). Althusser* mengakui bahwa karangan-karangan di masa muda Marx masih diwarnai secara mendalam oleh suasana aliran Hegelianisme. Karangan-karangan Marx Muda itu memuncak dengan naskah-naskah dari tahun 1844. Pada waktu itu Marx masih memandang insan sebagai sentra sejarah. Bagi Althusser* aliran Marx yang bergotong-royong gres dimulai sesudahnya. Di sini Althusser lebih menekankan diskontinunitas dalam aliran Marx.

Pendapat Althusser tersebut berdasarkan Bertens dalam Franz Magnis (1999:7-8) lebih dikarenakan pendirian Althusser* yang anti humanis dengan warna strukturalnya yang kental, “Pendapat paling keras wacana perubahan radikal dalam aliran Marx dikemukakan oleh Louis Althusser* dalam bukunya Pour Marx [Althusser 1965]. Althusser beropini bahwa di antara Marx Muda dan Marx Matang terjadi sebuah “potongan” (coupre) tajam. Marx pra-1846 yaitu humanis, Marx pasca 1845 anti humanis atau ilmiah. Pendapat itu dipengaruhi oleh pandangan strukturalisme Althusser maupun oleh kecurigaan komunisme resmi terhadap filsafat Marx Muda (Althusser saat itu anggota komite Partai Komunis Prancis)”.

Sebaliknya lebih banyak didominasi kalangan Marxis setuju bahwa tidak terdapat perpotongan yang radikal (diskontinuitas) aliran Marx. Pemikiran Marx lebih merupakan sebuah kontinuitas yang berkesinambungan. Kontinuitas pada aliran Marx, pertama kali diungkapkan oleh seorang Marxis Prancis yaitu, Jean-Yves Calvez* (Bertens, hal 327) dalam bukunya yang berjudul La Pensee de Karl Marx (pemikiran Karl Marx), Calvez* beropini bahwa terdapat perkembangan organis dalam aliran Marx, yakni antara karangan Marx Muda (khususnya naskah-naskah dari tahun 1844) dan karangan-karangan Marx di kemudian hari. Di mana karya-karya Marx sendiri berangkat dari praksis menuju struktur, dari tindakan menuju sistem, dari kritik romantik yang berangsur-angsur memasuki bidang ekonomi politik. Hal ini pun sejalan dengan argumen Stevenson dan Haberman (“Sepuluh Teori Hakikat Manusia”, 2001 hal 203) yang dalam hal ini sekaligus menyimpulkan kedua pendapat yang bertentangan tersebut, yaitu diskontinuitas ataukah kontinuitas. Stevenson dan Haberman menyebutkan bahwa, “Bagaimanapun juga, publikasi karya-karya awal Marx pada era ini, khususnya Ideologi Jerman dan Manuskrip-manuskrip Ekonomi dan Filsafat pada tahun 1844, telah mengatakan mengenai asal-usul pemikiranya dalam konsep-konsep Hegelian, di mana kemudian muncul pertanyaan mengenai periode yang berbeda dalam aliran Karl Marx sebagai fase awal yang disebut fase humanis atau bahkan eksistensialis dan fase berikutnya yang disebut “sosialisme ilmiah”. Oleh lantaran itu, benar jika konsensus menyatakan bahwa di antara kedua fase tersebut masih terdapat kesinambungan, di mana tema keterasingan insan dan cita-cita bagi penyelamatannya masih ada dalam karya-karya berikutnya, menyerupai sanggup disimak dalam Grundriise. Dengan demikian diskusi atas Marx didasarkan pada perkiraan bahwa aliran Marx dalam semua karyanya bergotong-royong merupakan satu kesatuan ide”.

Begitupun saat kita membagi dua fase aliran Marx dari karya-karyanya yaitu pra-1845 (Marx Muda) dengan perkiraan dampak filsafat Hegelian yang begitu kental, dan Marx pasca 1845 (Marx Tua) yang diawali oleh karyanya yaitu The German Ideologi 1846, bergotong-royong kita berhadapan dengan posisi yang ambigu dan dilematis sekaligus. Hal ini dikarenakan dalam Grunriise (The German Ideologi) yang ditulis oleh Marx bersama Engels tahun 1846 masih terdapat dampak aliran Hegel* yang kental dalam tema kunci wacana konsep keterasingan manusia, demikian adanya dengan karya Marx dari masa matangnya (Marx Tua) menyerupai contohnya dalam Das Kapital, jilid pertama (1867) masih sanggup ditunjukan pula dampak Hegel.

Hal serupa diungkapkan oleh Lavine (Theodore Z Lavine,”Marx; Konflik Kelas dan Orang yang Terasing”, 2003 hal 24-25) bahwa aliran Marx matang (Marx Tua) yang diawali Grunriise, lebih merupakan sarana ekspresif dari konsep ideal Marx wacana insan (Marx Muda), atau dengan kata lain karya-karya Marx Tua merupakan sebuah upaya untuk mengatasi “keterasingan” yang merupakan tema utama dalam karya-karya Marx Muda. Dengan demikian hanya ada satu Marx, di mana Marx yang humanis dan ilmiah yaitu sebuah momen perkembangan organis dari dialektika aliran yang berinteraksi terus-menerus dengan lingkungan struktural yang membentuknya. Lavine membagi karya-karya berdasarkan tahap-tahap atau periode perjalanan biografi hidup Marx yaitu, karya sebelum 1845 yang terdiri dari manuskrip-manuskirp ekonomi dan filsafat (manuskrip Paris 1844) dan setelah 1845 yang diawal dengan The German Ideologi, The Comunis Manifesto (1859), kemudian cuilan pendahuluan Critique of Political Economi dan Capital (volume 1, 1867). Berikut tema-tema masing-masing pembagian karya Marx tersebut:
1. Periode sebelum 1845 (Manuscrift Paris 1844) terdiri dari tema-tema:
- Konsepsi wacana manusia
- Pengaruh filsafat Hegel*
- Pengikut Hegelian Muda
- Pengaruh Feurbach*
- Pengaruh Engels
- Alienasi manusia
- Penghapusan alienasi
- Komunisme kasar
- Komunisme puncak

2. Periode setelah 1845 diawali dengan The German Ideology 1845, diikuti oleh The Manifesto Komunis (1859) dan Capital (1867) terdiri dari tema-tema:
a. Hubungan sosial
b. Kepentingan kelas
c. Buruh melawan pemodal
d. Kaum proletar melawan borjuis
e. Mode dan kekuatan produksi
f. Dasar ekonomi
g. Ideologi golongan atas

Begitupun Franz Magnis (1999 hal 8-10) yang membagi perkembangan aliran Marx dalam lima tahap yang saling berkesinambungan. Di mana dalam hal ini, Franz cukup jeli dengan dampak struktural yang dialami oleh Marx selama untuk hingga pada karya-karyanya:
Tahap Pertama : di Universitas Berlin selama Marx menuntaskan studinya, ia terpesona oleh filsafat Hegel. Dari Hegel ia mencari balasan atas pertanyaan bagaimana pembebasan insan dari sistem politik reaksioner.

Tahap kedua : perkenalan dengan filsafat Feurbach, Marx mengartikan ciri reaksioner kerajaan Prusia sebagai keterasingan dari dirinya sendiri.

Tahap ketiga : Marx mencari balasan wacana sumber keterasingan. Dan balasan tersebut ditemukan setelah perjumpaan Marx dengan kaum sosialis di Paris. Marx menjadi yakin bahwa sumber keterasingan itu yaitu lantaran pekerjaan manusia. Di mana terdapat hak milik eksklusif sebagai sumber eksploitasi. Marx beropini bahwa insan hanya sanggup dibebaskan apabila hak milik eksklusif atas alat-alat produksi dihapus melalui revolusi buruh. Dengan demikian Marx mencapai posisi klasik sosialisme.

Tahap keempat: Perhatian Marx terpusat pada syarat-syarat abolisi hak milik pribadi. Di sinilah Marx mengklaim model sosialisme ilmiah yang dikembangkan berdasarkan paham sejarah materialisme yaitu, bahwa sejarah dimengerti sebagai dialektika antara perkembangan bidang ekonomi dan struktur-struktur kelas dipihak lain. Oleh lantaran itu Marx hingga pada kesimpulan wacana sejarah ekonomi dan interpretasi wacana revolusi yang melahirkan bentuk masyarakat berdasarkan cara atau mode produksi yang lebih tinggi.

Tahap kelima : Marx memusatkan diri pada studinya wacana ilmu ekonomi kapitalistik. Kemudian Marx berasumsi bahwa terdapat pertentangan internal dalam sistem produksi kapitalis yang pada gilirannya akan melahirkan revolusi proletariat yang akan menghapus hak milik eksklusif atas alat-alat produksi dan mewujudkan masyarakat sosialis tanpa kelas.

Magnis menggolongkan tiga tahap yang pertama yaitu 1, 2, dan 3 sebagai periode Marx Muda dan dua tahap berikutnya yaitu 4 dan 5 sebagai periode Marx Tua. Garis pemisah di antara keduanya yaitu paham sosialisme ilmiah yang terungkap dalam pandangan materialisme sejarah. Dengan demikian interpretasi mikro subjektif menuju ke makro objektif dari level analisa sosiologis yang diuraikan Ritzer* dalam multiple paradigma tersebut di atas, menandai momen sedikit demi sedikit (grassroot) dari aliran Karl Marx. Di mana momen tersebut diawali dengan Manuskrip Paris 1844 dengan tema utama keterasingan insan (alienasi), dengannya kita melihat analisa level mikro subjektif yaitu momen kesadaran manusia. Kemudian yang menandai perubahan orientasi teoritis Marx dengan karyanya The German Ideologi, melalui tema utama konflik kelas yang menandai kekerabatan sosial, dengan demikian menampakan level analisa makro objektif, yang diikuti oleh tema wacana kelas-kelas sosial, dan kesadaran kelas yang melahirkan revolusi sosial, nampak momen dialektis yang terus-menerus antara mikro dan makro objektif.

Relasi keempat kontinum dari level analisa sosial George Ritzer* tersebut, sanggup kiranya dijelaskan melalui kutipan penulis dalam Yulia Sugandi (2002:101) mencakup tema-tema sebagai berikut:
1. Mikro-subjektif
a. Tentang species being (human being)
b. Tentang alienasi

2. Makro-objektif
a. Tentang produksi
b. Tentang kekerabatan atau korelasi sosial

3. Makro-subjektif
a. Kesadaran kelas dan kesadaran semu
b. Ideologi

4. Makro-objektif
a. Tentang komoditas
b. Tentang struktur ekonomi
c. Tentang divisi buruh
d. Tentang kelas sosial

Lebih lanjut, masing-masing tema ini akan dipakai penulis dalam memahami karya Marx berdasarkan tahap-tahap pemikirannya, kemudian akan dijelaskan masing-masing tema berkenaan dengan analisa Marx wacana keberadaan masyarakat kapitalis. Secara keseluruhan, pandangan gres dasar aliran teoritis Marx tersebut, tercakup dalam karya-karya yang dimulai dari Manuskrip Paris 1844 (fase pertama pemikiran), diikuti oleh The German Ideologi, The Comunis Manifesto (1859), Critique of Political Economi dan Capital (1867) (fase kedua pemikiran), terdiri dari perkiraan Marx Muda yang humanis dan Marx Tua yang ilmiah yang tercakup dalam analisa mikro menuju makro dan subjektif menuju objektif, mengenai analisa sosial sistem produksi kapitalis.


Download di Sini


Sumber.

Ramdani, Dani. 2005. Studi Komparasi antara Teori Karl Marx dan Teori Kritis Mazhab Frankfurt dalam Menganalisa Masyarakat Kapitalis. Skripsi. Universitas Lampung.

Baca Juga
1. Karl Marx. Biografi dan Karya
2. Karl Marx (1818-1883)
3. Analisa Masyarakat Kapitalis Periode Modern dan Postmodern
4. Teori Karl Marx sebagai Model Pengembangan Paradigma Terpadu dalam Sosiologi
5. Karl Marx. Das Kapital (1848, Terbit 1861)
6. Karl Marx. Manifesto Komunis (1848, Brussel Belgia)
7. Karl Marx. The German Ideology (1845, Paris Prancis)
8. Karl Marx. Dialektika
9. Karl Marx. Manuskrip Ekonomi dan Filsafat (April 1844, Paris Prancis)
10. Karl Marx. Kerja
11. Karl Marx. Konflik Kelas
12. Karl Marx. Eksploitasi
13. Karl Marx. Pemberhalaan Komoditas
14. Karl Marx. Komunisme   
15. Karl Marx. Konsepsi Materialis atas Sejarah
16. Karl Marx. Struktur-Struktur Masyarakat Kapitalis
17. Karl Marx. Determinisme Ekonomi
18. Karl Marx. Alienasi
19. Karl Marx. Modal, Kaum Kapitalis, dan Kaum Proletariat
20. Karl Marx. Potensi Manusia
21. Karl Marx. Kebebasan, Kesetaraan, dan Ideologi
22. Karl Marx. Ideologi
23. Karl Marx. Agama
24. Karl Marx. Komoditas

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel