Teori Pembelajaran Lawson
Terdapat beberapa postulat-postulat yang melandasi Teori Pembelajaran untuk perolehan konsep dan pengembangan daypikir berdasarkan Lawson (1988).
Postulat-postulat yang Melandasi Teori
a. Para siswa kerap kali memiliki miskonsepsi, yaitu pengetahuan yang diturunkan dari pengalaman langsung yang luas tidak sesuai dengan teori ilmiah yang ada.
b. Miskonsepsi sanggup begitu berpengaruh dan bertahan terhadap perolehan konsepsi ilmiah yang berlaku.
c. Untuk menghilangkan miskonsepsi, para siswa dibutuhkan bergerak melalui suatu fase di mana terdapat suatu ketidakcocokan (mismatch) antara miskonsepsi dan konsepsi ilmiah, dan menjadikan “pertentangan kognitif” atau keadaan “disequiblirium” mental.
d. Perkembangan atau perbaikan kemampuan menalar timbul dari situasi di mana para siswa terlibat dalam pertukaran konsepsi yang bertentangan yang menjadikan argumen dan kenyataan dicari untuk memecahkan kontradiksi itu.
e. Argumentasi menyediakan pengalaman-pengalaman untuk mengabstraksi bentuk-bentuk argumentasi (yaitu referensi menalar).
f. Siklus berguru merupakan suatu metode instruksional yang terdiri atas tiga fase: eksplorasi, pengenalan istilah, dan aplikasi konsep.
g. Penggunaan siklus berguru memberi kesempatan pada para siswa untuk mengungkapkan miskonsepsi dan kesempatan untuk memperdebatkan dan mengujinya sehingga menjadi “disequilibrated” dan membuatkan konsepsi dan referensi daypikir yang lebih memadai.
h. Ada tiga macam siklus berguru (deskriptif, empiris-induktif, hipotesis-deduktif) yang tidak efektifnya untuk menghasilkan disequilibrated dan meningkatkan penalaran.
i. Perbedaan penting antara ketiga macam siklus berguru yakni seberapa jauh para siswa dalam hal mengumpulkan data, yaitu secara murni deskriptif atau secara eksplisit untuk menguji hipotesis.
j. Siklus berguru deskriptif bertujuan untuk meminta para siswa mengamati sebagian kecil alam ini, menemukan suatu pola, memberinya nama, dan mencari pola-pola semacam itu dalam konteks-konteks tambahan. Biasanya yang dibutuhkan hanya pola-pola menalar deskriptif dan sedikit atau sama sekali tidak terjadi equilibrium.
k. Siklus berguru empiris-induktif menghendaki para siswa memperlihatkan dan membuktikan suatu fenomena, jadi sanggup menjadikan miskonsepsi, argumentasi, disequilibrated, dan pengembangan referensi daypikir tingkat tinggi.
l. Siklus berguru hipotesis-deduktif menghendaki segera dan secara eksplisit pernyataan konsepsi alternatif/hipotesis untuk membuktikan suatu fenomena dan menghendaki pola-pola daypikir tingkat tinggi dalam menguji alternatif-alternatif itu.
Kesimpulan
Lawson beropini bahwa pembelajaran sains memiliki dua tujuan, yaitu:
a. Untuk menolong para siswa membuatkan keterampilan dalam memakai pola-pola daypikir umum yang terlibat dalam penyusunan hipotesis-hipotesis dan pengujiannya.
b. Untuk menolong para siswa memperoleh konsepsi-konsep yang khusus domainnya dan secara ilmiah berlaku.
Teori ini memperdebatkan bahwa cara yang paling cocok, yang mungkin hanya satu-satunya, untuk mencapai kedua tujuan itu yakni dengan cara membiarkan para siswa mengemukakan prakonsepsi mereka dan menguji konsepsi-konsepsi ini dalam suasana di mana gagasan-gagasan secara terbuka dikemukakan, diperdebatkan, dan diuji dengan derma pengujian. Inilah yang menjadi sentra perhatian secara eksplisit dalam kelas.
Sumber
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga. Jakarta
Download
Baca Juga
1. Perkembangan Siklus Belajar Lawson
2. Pembelajaran dan Siklus Belajar Lawson
3. Tiga Macam Siklus Belajar Lawson
Postulat-postulat yang Melandasi Teori
a. Para siswa kerap kali memiliki miskonsepsi, yaitu pengetahuan yang diturunkan dari pengalaman langsung yang luas tidak sesuai dengan teori ilmiah yang ada.
b. Miskonsepsi sanggup begitu berpengaruh dan bertahan terhadap perolehan konsepsi ilmiah yang berlaku.
c. Untuk menghilangkan miskonsepsi, para siswa dibutuhkan bergerak melalui suatu fase di mana terdapat suatu ketidakcocokan (mismatch) antara miskonsepsi dan konsepsi ilmiah, dan menjadikan “pertentangan kognitif” atau keadaan “disequiblirium” mental.
d. Perkembangan atau perbaikan kemampuan menalar timbul dari situasi di mana para siswa terlibat dalam pertukaran konsepsi yang bertentangan yang menjadikan argumen dan kenyataan dicari untuk memecahkan kontradiksi itu.
e. Argumentasi menyediakan pengalaman-pengalaman untuk mengabstraksi bentuk-bentuk argumentasi (yaitu referensi menalar).
f. Siklus berguru merupakan suatu metode instruksional yang terdiri atas tiga fase: eksplorasi, pengenalan istilah, dan aplikasi konsep.
g. Penggunaan siklus berguru memberi kesempatan pada para siswa untuk mengungkapkan miskonsepsi dan kesempatan untuk memperdebatkan dan mengujinya sehingga menjadi “disequilibrated” dan membuatkan konsepsi dan referensi daypikir yang lebih memadai.
h. Ada tiga macam siklus berguru (deskriptif, empiris-induktif, hipotesis-deduktif) yang tidak efektifnya untuk menghasilkan disequilibrated dan meningkatkan penalaran.
i. Perbedaan penting antara ketiga macam siklus berguru yakni seberapa jauh para siswa dalam hal mengumpulkan data, yaitu secara murni deskriptif atau secara eksplisit untuk menguji hipotesis.
j. Siklus berguru deskriptif bertujuan untuk meminta para siswa mengamati sebagian kecil alam ini, menemukan suatu pola, memberinya nama, dan mencari pola-pola semacam itu dalam konteks-konteks tambahan. Biasanya yang dibutuhkan hanya pola-pola menalar deskriptif dan sedikit atau sama sekali tidak terjadi equilibrium.
k. Siklus berguru empiris-induktif menghendaki para siswa memperlihatkan dan membuktikan suatu fenomena, jadi sanggup menjadikan miskonsepsi, argumentasi, disequilibrated, dan pengembangan referensi daypikir tingkat tinggi.
l. Siklus berguru hipotesis-deduktif menghendaki segera dan secara eksplisit pernyataan konsepsi alternatif/hipotesis untuk membuktikan suatu fenomena dan menghendaki pola-pola daypikir tingkat tinggi dalam menguji alternatif-alternatif itu.
Kesimpulan
Lawson beropini bahwa pembelajaran sains memiliki dua tujuan, yaitu:
a. Untuk menolong para siswa membuatkan keterampilan dalam memakai pola-pola daypikir umum yang terlibat dalam penyusunan hipotesis-hipotesis dan pengujiannya.
b. Untuk menolong para siswa memperoleh konsepsi-konsep yang khusus domainnya dan secara ilmiah berlaku.
Teori ini memperdebatkan bahwa cara yang paling cocok, yang mungkin hanya satu-satunya, untuk mencapai kedua tujuan itu yakni dengan cara membiarkan para siswa mengemukakan prakonsepsi mereka dan menguji konsepsi-konsepsi ini dalam suasana di mana gagasan-gagasan secara terbuka dikemukakan, diperdebatkan, dan diuji dengan derma pengujian. Inilah yang menjadi sentra perhatian secara eksplisit dalam kelas.
Sumber
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga. Jakarta
Download
Baca Juga
Baca Juga
1. Perkembangan Siklus Belajar Lawson
2. Pembelajaran dan Siklus Belajar Lawson
3. Tiga Macam Siklus Belajar Lawson