Analisa Masyarakat Kapitalis Kala Modern Dan Posmodern

[Perbandingan Asumsi Karl Marx dan Teori Kritis Mazhab Frankfurt ihwal Masyarakat Kapitalis]
Karl Marx* dan Teori Kritis Mazhab Frankfurt* hidup dalam masa-masa transisi yang menjadi penyebab krisis struktural yang parah dari sistem kapitalisme. Karl Marx* hidup dalam masa peralihan besar-besaran tatanan feodalisme ke kapitalisme, Teori Kritis Mazhab Frankfurt* hidup dalam masa krisis kedua dari sistem kapitalisme yang mengakibatkan perubahan bentuk atau orientasi sistem dari sistem kapitalisme liberalis ke monopolis yang kemudian disebut sebagai sistem kapitalisme renta atau kapitalisme lanjut (post-industrialis).

Karl Marx* maupun Teori Kritis Mazhab Frankfurt* menganggap sistem kapitalisme sebagai sejarah pasti umat manusia. Karl Marx* mengungkapkan argumennya tersebut terutama dalam karyanya, The German Ideologi (1846) dan The Comunis Manifesto (1859) sebagai “sosialisme ilmiah”, Teori Kritis Mazhab Frankfurt terutama dalam Dialektic of Enlightment (1940) karya Max Horkheimer* dan Theodore W. Adorno* sebagai “sejarah rasionalitas manusia” atau “dialektika rasio manusia”.

Sebagai penganut pencerahan yang taat, Karl Marx* dan Teori Kritis Mazhab Frankfurt* menganggap sistem kapitalisme ialah tatanan hidup bermasyarakat yang pada tingkat operasionalitas sistemiknya sangat membelenggu kebebasan manusia, menginginkan perubahan-perubahan yang mendasar menuju ke masyarakat yang berdasarkan mereka lebih menjanjikan kemanusiaan yang universal. Karl Marx* menganggap bahwa perubahan tersebut sanggup terjadi dengan sendirinya melalui pertentangan yang menghasilkan krisis internal yang menghancurkan sendi-sendi fundamen sistemik dari sistem kapitalisme, Kaum Komunis hanya bertugas merespon dan mengarahkan perubahan-perubahan yang dihasilkan oleh Kaum Proletariat sebagai biro perubah yang sesungguhnya. Teori Kritis Mazhab Frankfurt* menganggap bahwa perubahan-perubahan tersebut hanya sanggup terjadi dengan pengambilan jarak dari hegemoni sistem dengan melaksanakan “refleksi kritis” dalam kerangka meningkatkan kesadaran individual (“kritik-diri” atau self-critical) dan melaksanakan kritik terus-menerus secara intensif terhadap ketidakadialan sistem (upaya institusional), di mana aktivitas tersebut hanya sanggup dilakukan oleh kalangan pelajar atau mahasiswa dan golongan tertindas lainnya.


Perbedaan dalam hal solusi atau jalan keluar dilandasi oleh perbedaan persepsi, demikian halnya perbedaan persepsi tersebut dikarenakan oleh perbedaan konteks teoritis yang melandasinya. Krisis internal yang diasumsikan oleh Karl Marx akan menghancurkan sendi-sendi fundamen sistemik malah mengakibatkan metamorfose atau perubahan-perubahan dalam hal huruf dari bentuk atau wujud sistem kapitalisme sendiri.

Sistem kapitalisme yang disebut Max Weber* sebagai lahir dari bentuk-bentuk askese duniawi dari Etika Protestan Lutherian (“Protestan Etik dan Spirit Kapitalisme”) merupakan wujud orisinil sistem itu sendiri sebagai tahap kapitalisme klasik (perwujudan orientasi altruistik). Kemudian sistem kapitalisme era ke-19 (konteks Karl Marx berteori) disebut sebagai tahap Kapitalisme Liberal di mana sebagian besar energi masyarakat difokuskan pada orientasi atas akumulasi modal. Ciri khas tahap Kapitalisme Liberal ialah dominasi atas “rasio kerja” yang turut membentuk model atau pandangan hidup kelas menengah (borjuis) pada “orientasi penimbun”. Demikian, ketamakan borjuis yang diasumsikan oleh Marx sebagai “Hukum Kapital Besi” yang pasti menimbulkan pertentangan internal merupakan penyebab utama kehancuran sistem kapitalisme itu sendiri.

Sistem kapitalisme pasca krisis besar (great depression) era ke-20 atau dimulai semenjak tahun 1930-an (konteks sosial Teori Kritis Mazhab Frankfurt* berteori), perekonomian yang ada tidak didasarkan pada pembatasan konsumsi, namun pada pengembangan konsumsi sepenuhnya (dominasi “rasio konsumsi”). Sistem kapitalisme yang ada akan mengalami krisis yang sangat berat bila masyarakat—kalangan pekerja dan kalangan kelas menengah—tidak mengeluarkan sebagian besar penghasilannya untuk kebutuhan konsumsi, tetapi ditabung. Konsumsi tidak hanya telah menjadi tujuan utama kehidupan, namun telah menjadi semacam kebaikan universal. Kapitalisme dalam hal ini dilandasi oleh distorsi ihwal kelimpah-ruahan (masyarakat yang kaya raya).

Sistem kapitalisme lanjut dengan demikian memperlihatkan pengutamaan yang berlebihan pada sudut ideologisasi yang menghegemoni kesadaran publik. Dengannya, Teori Kritis Mazhab Frankfurt* menganggap bahwa upaya peningkatan kesadaran subjektif insan dalam wujud kritik-diri (self critical) dan kritik institusional (dekontruksi/kritik ideologi) dalam rangka mendobrak dominasi sistem kapitalisme yang berdasarkan mereka telah demikian pekat menguasai hidup dan kehidupan insan ialah solusi satu-satunya.

Demikian, huruf khas kapitalisme masa Karl Marx* ialah dominasi atas “rasio kerja” dan tujuan hidup utama insan ialah ‘memiliki’, sedangkan huruf khas kapitalisme masa Teori Kritis Mazhab Frankfurt* ialah dominasi atas “rasio konsumsi” dan tujuan utama hidup insan ialah ‘menggunakan’. Karl Marx* dan Teori Kritis Mazhab Frankfurt* menganggap bahwa individu atau insan yang hanya mempunyai impian dengan demikian tujuan hidupnya semata ‘memiliki’ dan kemudian ‘menggunakan’ ialah insan yang sakit, masyarakat yang cacat dan peradaban yang menuju kehancuran dan kehinadinaan. Dengannya kedua teoretisi tersebut bereaksi terhadapnya sesuai dengan konteks zamannya masing-masing.


Download di Sini


Sumber.
Ramdani, dani. Studi Komparasi Antara Teori Karl Marx dan Teori Kritis Mazhab Frankfurt dalam Menganalisa Masyarakat Kapitalis (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel