Auguste Comte. Sekilas Pemikiran

Comte* ialah orang pertama yang memakai istilah sosiologi (Pickering, 2000; J. Turner, 2001a). Dia memiliki imbas yang sangat besar kepada para teoretisi sosiologis belakangan (khususnya Herbert Spencer* dan Emile Durkheim*). Dia percaya bahwa studi sosiologi ilmiah, menyerupai yang dilakukan oleh banyak teoretisi klasik dan sebagian besar sosiolog kontemporer (Lenzer, 1975).

Comte* sangat terganggu oleh anarki yang meresapi masyarakat Prancis dan bersikap kritis terhadap para pemikir yang membiakan baik Pencerahan maupun Revolusi Prancis. Dia menyebarkan pandangan ilmiahnya, "positivisme", atau "filsafat positif", untuk melawan hal yang dianggapnya sebagai filsafat Pencerahan yang negatif dan destruktif. Comte* sejalan dengan, dan dipengaruhi oleh para Kristen kontrarevolusioner (khususnya Bonald dan Maistre). Akan tetapi, karyanya sanggup dipisahkan dari karya mereka setidaknya lantaran dua alasan.

Pertama, ia beranggapan tidak mungkin untuk kembali ke Abad Pertengahan; kemajuan-kemajuan dibidang ilmu dan industri menciptakan hal itu mustahil. Kedua, ia menyebarkan suatu sistem teoretis yang jauh lebih canggih daripada para pendahulunya, sistem yang memadai untuk membentuk porsi sosiologi awal.

Comte* menyebarkan fisika sosial, atau apa yang pada 1839 ia sebut sosiologi (Pickering, 2000). Penggunaan istilah fisika sosial menjelaskan bahwa Comte berusaha untuk memodelkan sosiologi berdasarkan "ilmu-ilmu keras". Ilmu yang gres ini, yang menurutnya kelak akan menjadi ilmu yang dominan, berkenaan baik dengan statika sosial (struktur-struktur sosial yang sudah ada) dan dinamika sosial (perubahan sosial). Meskipun keduanya sama-sama memuat pencarian hukum-hukum kehidupan sosial, ia merasa bahwa dinamika sosial lebih penting daripada statika sosial. Fokus kepada perubahan itu mencerminkan minatnya pada pembaruan sosial, khususnya pembaruan atas penyakit-penyakit yang dimunculkan oleh Revolusi Prancis dan Pencerahan. Comte* tidak mendesak perubahan revolusioner, lantaran revolusi alamiah masyarakat dianggapnya akan menciptakan hal-hal menjadi lebih baik. Pembaruan-pembauran dibutuhkan hanya untuk membantu sedikit proses.

Hal ini membawa kita pada fondasi pendekatan Comte--teori evolusionernya, atau aturan tiga tahap. Teori itu mengusulkan bahwa ada tiga tahap intelektual yang dilalui di sepanjang sejarah dunia. Menurut Comte*, bukan dunia saja yang melalui proses tersebut, tetapi kelompok, masyarakat, ilmu, individu, dan bahkan pikiran pun melalui tiga tahap yang sama. Yang pertama ialah tahap teologis, yang menandai dunia sebelum tahun 1300. Selama periode itu, sistem ilham utama menekankan kepercayaan bahwa akar segala sesuatu ialah kekuatan-kekuatan supranatural dan tokoh-tokoh yang diteladani oleh manusia. Secara khusus, dunia sosial dan fisik dianggap dihasilkan oleh Tuhan. Tahap kedua ialah tahap metafisik, yang terjadi kira-kira antara tahun 1300 dan 1800. Era itu ditandai oleh kepercayaan bahwa daya-daya aneh menyerupai "alam", bukannya dewa-dewa yang berpribadi, yang menjelaskan hampir segala sesuatu. Akhirnya, pada 1800 dunia memasuki tahap positivistik, yang ditandai oleh kepercayaan pada ilmu. Kini orang cenderung membuang pencarian sebab-sebab adikara (Tuhan atau alam) dan sebagai gantinya memusatkan perhatian pada pengamatan dunia sosial dan fisik untuk mencari hukum-hukum yang mengaturnya.

Jelaslah bahwa di dalam teorinya mengenai dunia, Comte* berfokus pada faktor-faktor intelektual. Dia berargumen bahwa kekacauan intelektual ialah penyebab kekacauan sosial. Kekacauan berasal dari sistem-sistem ilham yang lebih awal (teologis dan metafisik) yang masih berlanjut ke dalam zaman positivistik (ilmiah). Pergolakan sosial gres akan berhenti kalau positivisme telah menerima kendali total. Karena itu merupakan proses evolusioner, pergolakan dan revolusi tidak perlu dimunculkan. Positivisme akan datang, meskipun mungkin tidak secepat yang dibutuhkan orang. Reformisme Comte* dan sosiologinya sesuai. Sosiologi sanggup mempercepat kedatangan positivisme sehingga membawa keteraturan kepada dunia sosial. Yang terutama, Comte tidak ingin tampak mendukung revolusi. Di dalam pandangannya cukup banyak kekacauan di dunia. Biar bagaimanapun, dari sudut pandang Comte, yang dibutuhkan ialah perubahan intelektual, sehingga ada sedikit alasan untuk revolusi sosial dan politis.

Kami telah menjumpai beberapa pendirian Comte* yang memiliki arti yang besar bagi perkembangan sosiologi klasik--konservatisme dasar, reformisme, saintisme, dan pandangan evolusionernya mengenai dunia. Beberapa aspek lain dari karyanya patut disebutkan lantaran memainkan tugas utama juga di dalam perkembangan teori sosiologis. Contohnya, sosiologinya tidak berfokus pada individu melainkan mengambil entitas-entitas yang lebih besar semisal keluarga sebagai unit dasar analisanya. Dia juga mendesak supaya kita melihat struktur sosial maupun perubahan sosial.

Manfaat besar pendirian Comte* bagi teori sosiologis belakangan, khususnya bagi karya Spencer* dan Parson* ialah pengutamaan Comte pada abjad sistematis masyarakat--mata rantai-mata rantai di antara dan banyak sekali komponen masyarakat. Dia juga memberi manfaat yang besar bagi tugas konsensus di dalam masyarakat. Ide bahwa masyarakat dicirikan oleh konflik yang tidak terelakan di antara pekerja dan kaum kapitalis, bagi Comte tidak banyak manfaatnya. Selain itu, Comte* menekankan perlunya melaksanakan teorisasi aneh dan turun ke lapangan dan melaksanakan riset sosiologis. Dia mendesak supaya para sosiolog memakai pengamatan, eksperimentasi, dan analisis historis komparatif. Akhirnya, Comte percaya bahwa pada alhasil sosiologi akan menjadi kekuatan ilmiah yang secara umum dikuasai di dunia lantaran kemampuan khasnya untuk menafsirkan hukum-hukum sosial dan untuk menyebarkan pembaruan-pembaruan yang ditujukan untuk memperbaiki masalah-masalah yang ada di dalam sistem.

Comte berada di garis terdepan perkembangan sosiologi positivistik (Bryant, 1985; Halfpenny, 1982). Bagi Jonathan Turner, positivisme Comte* menekankan bahwa "semesta sosial selaras dengan perkembangan hukum-hukum aneh yang sanggup diuji melalui penghimpunan data yang cermat", dan "hukum-hukum aneh itu akan mengatakan sifat-sifat dasar dan umum semesta sosial dan akan merinci 'hubungan-hubungan alamiah'-nya" (1985:24). Seperti yang akan kita lihat, sejumlah teoritisi klasik (khususnya Spencer dan Durkheim) juga memiliki minat yang sama dengan Comte dalam inovasi hukum-hukum kehidupan sosial. Sementara positivisme tetap penting di dalam sosiologi kontemporer, ia menerima serangan dari sejumlah sudut (Morrow, 1994).

Meskipun Comte* kekurangan dasar akademis yang kukuh untuk membangun suatu pedoman teori sosiologis Comtian, namun ia meletakkan landasan bagi perkembangan suatu pedoman teori sosiologis yang signifikan. Akan tetapi, signifikansi jangka panjangnya dikerdilkan oleh penerusnya di dalam sosiologi Prancis dan andal waris sejumlah idenya, Emile Durkheim*. (Untuk perdebatan mengenai kanonisasi Durkheim, dan juga teoritisi klasik lainnya yang didiskusikan di dalam penggalan ini, lihat D. Parker, 1997; Mouzelis, 1997).


Download di Sini


Sumber:
Ritzer, George. "Teori Sosiologi". 2012. Pustaka Pelajar. Yogyakarta


Baca Juga
1. Auguste Comte. Biografi
2. Sosiologi Auguste Comte
3. Tokoh-tokoh yang Mempengaruhi Ilmu Sosiologi 
4. Positivisme dalam Ilmu-Ilmu sosial

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel